Contact Form

 
oleh : Nurul Mahfut (Ketua Pengurus Komisariat KAMMI Batam)

Bulan sya’ban kini hampir mencapai pada penghujungnya. Tak lama lagi ia akan tergantikan oleh suatu bulan yang sangat dirindukan kehadirannya oleh umat islam. Bulan itu tak lain adalah bulan Ramadhan.

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh keistimewaan bagi umat islam. Karena hanya pada bulan inilah pintu surga terbuka lebar, pintu neraka dikunci rapat, setan-setan dibelenggu, pahala kebaikan dilipatgandakan, pahala amalan sunnah bagaikan amalan wajib, pahala satu amalan wajib seperti pahala tujuh puluh amalan wajib.

Salah satu ibadah yang menjadi kewajiban dilaksanakan oleh umat islam ketika bulan ramadhan adalah puasa. Sejak dari terbit fajar hingga terbenamnya hari umat islam di bulan ramadhan akan dilatih berpuasa selama 30 hari. Dan berpuasa ini merupakan bentuk kepatuhan umat islam terhadap Allah SWT sebagaimana Firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 183

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan asas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”(Al Baqarah:183)

Puasa adalah bentuk ibadah yang memberikan dampak positif kepada pelakunya. Oleh karena itulah sebenarnya tak hanya manusia yang memiliki momentum berpuasa secara rutin, sebagian hewan pun seringkali berpuasa untuk menjadi lebih baik.

Sebutlah saja ulat, kita semua tentu sudah mengetahui bahwa ulat yang ingin menjadi kupu-kupu harus merelakan dirinya menjadi kepompong dahulu selama 7 hari. Dimana selama ia menjadi kepompong ia dalam kondisi berpuasa.

Kita juga tentu mengenal ular. Binatang melata yang terkesan berbahaya ini juga ternyata melakukan puasa ketika ingin mengganti kulitnya yang kusam dengan kulitnya yang baru. Begitu pula dengan ayam yang rela berpuasa ketika mengerami telur-telurnya selama 21 hari.

Jika kita cermati, puasa menjadi bagian proses ulat, ular maupun ayam untuk menjadikan dirinya lebih baik. Dan begitulah pula hendaknya yang terjadi pada diri kita ketika menjalankan ibadah puasa satu bulan penuh di bulan Ramadhan. Sebagai manusia, di bulan Ramadhan ini kita harus bisa memanfaatkannya sebagai bulan yang mampu mengokohkan keimanan dan meningkatkan derajat ketakwaan yang kita miliki.

Allan Cott, M.D seorang pakar kesahatan, dalam bukunya Why Fast yang membeberkan berbagai hikmah puasa, antara lain membuat orang yang berpuasa merasa lebih baik secara fisik dan mental, membersihkan badan, menurunkan tekanan darah dan kadar lemak, lebih mampu mengendalikan seks, membuat badan sehat dengan sendirinya, mengendorkan ketegangan jiwa, menajamkan fungsi indrawi, memperoleh kemampuan mengendalikan diri sendiri, hingga dianggap mampu memperlambat proses penuaan.

Menguatkan Hati, Mengokohkan Keimanan

Puasa merupakan bagian kecil dari ibadah yang dapat dilakukan untuk membangun benteng diri kita menghadapi bulan-bulan kedepannya. Menjadikan Ramadhan sebagai bulan untuk memperbaiki diri menjadi hal mutlak yang harus dilakukan sesorang yang tidak ingin menjadi orang yang merugi.

Kunci utama untuk mulai membangun benteng diri adalah dengan menguatkan hati kita untuk selalu dekat dengan Allah SWT. Besarnya pengaruh hati dalam diri seseorang telah disabdakan Rasulullah dalam hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.

“Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah. jika segumpal darah tersebut baik maka akan baik pulalah seluruh tubuhnya,adapun jika segumpal darah tersebut rusak maka akan rusak pulalah seluruh tubuhnya,ketahuilah segumpal darah tersebut adalah hati.”

Hati merupakan bagian dalam diri kita yang sangat sulit ditebak. Ia memiliki hubungan langsung dengan naik atau turunnya keimanan kita. Untuk itu di bulan Ramadhan yang penuh berkah nanti terdapat beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk membuat hati dan keimanan kita dalam kondisi stabil di titik puncaknya setelah bulan Ramadhan berlalu.

Yang pertama adalah senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sesungguhnya kita semua sudah tak meragukan lagi seberapa dekatnya Allah SWT kepada setiap hambanya. Namun yang jadi permasalahan adalah seberapa dekatkah kita kepada-Nya? Mereka yang dalam posisi dekat dengan Allah SWT tentulah orang-orang yang senantiasa melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sehingga kalau selama ini ternyata kita masih sering meninggalkan perintah-Nya dan mendekati larangan-Nya maka sudah selayaknya kita harus segera berbenah diri melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya agar diri kita selalu dekat dengan-Nya.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 186 mengenai kedekatannya dengan setiap hambanya yang bertakwa kepada-Nya.

“Dan Apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka katakanlah sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia memohon kepadaKu. Maka hendaklah mereka memenuhi (panggilan/perintah)Ku, dan beriman kepadaKu agar mereka mendapat petunjuk (bimbingan)”. (Al-Baqarah: 186)

Selanjutnya adalah dengan menjadi orang yang melaksanakan setiap amalan secara berkesinambungan. Karena amalan yang baik bukanlah amalan yang banyak pada satu masa saja melainkan amalan yang dilakukan secara berkesinambungan meskipun hanya sedikit. Seperti yang diriwayatkan oleh Tirmidzi bahawa Rasulullah bersabda :

“Sebaik-baik amal adalah yang berkesinambungan meskipun sedikit demi sedikit”. (Tirmidzi).

Terakhir kita dapat menguatkan hati dan mengokohkan keimanan kita dengan senantiasa besyukur atas apa yang kita peroleh. Karena sebaik apapun kita merencanakan suatu hal tetaplah Allah SWT mempunyai rencana yang lebih baik terhadap diri kita. Ketika kita bersyukur maka stabilitas keimanan kita pun akan terjaga dalam kondisi apapun. Kualitas keimanan yang baik adalah yang mampu mempertahankan keimanan dalam kondisi suka maupun duka, seperti yang disabdakan Rasulullah :

“Sungguh mempesona keadaan orang beriman itu; jika ia mendapat anugerah nikmat ia bersyukur dan itu baik baginya. Namun jika ia ditimpa musibah ia bersabar dan itu juga baik baginya. Sikap sedemikian ini tidak akan muncul kecuali dari seorang mukmin”. (Al-Bukhari)

Semakin besar nikmat yang diterima seseorang, maka hendaknya semakin bertambah pulalah rasa syukurnya. Semakin besar rasa syukurnya, maka akan semakin tinggi pula kuantitas amalannya. Sehingga Allah berfirman dalam Al quran :

“Barangsiapa yang bersyukur, maka pada hakikatnya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya” (Luqman: 12).

Ramadhan sejatinya dapat dijadikan sebagai bulan untuk menempa diri kita menjadi lebih baik lagi kedepannya. Karena bulan Ramadhan merupakan ajang pelatihan diri kita untuk senantiasa berada di dekat Allah SWT, mampu melakukan amalan dan ibadah secara berkesinambungan, seta meningkatkan kepedulian kita kepada orang lain agar kita belajar bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kita selama ini.

Untuk itu mengawali Bulan Ramadhan yang sesaat lagi ini, semoga kita semua mampu memanfaatkannya sebagai momentum untuk membangun benteng diri kita di bulan-bulan setelahnya dan mampu melakukan amalan terbaik kita di bulan Ramadhan agar memperoleh kemenangan sejati. Amin…

Total comment

Author

KAMMI_Batam