Oleh : Mashita Ulfah kadep Kaderisasi PK KAMMI Batam
Bismillah,
Bismillah,
Beberapa minggu terakhir Batamku yang panas nan gersang ini dilimpahkan salah satu rahmat-Nya yang indah, hujan. Jika hujan turun (dengan tanpa petir) saya selalu tersenyum, bahagia coi. Tapi kalau disertai petir agak nyengir jadinya. Terlepas dari hujan adalah salah satu waktu yang mustajab untuk kita berdo'a, hujan juga bisa menjadi terapi pikiran (bagiku). segudang penat yang dengan suka rela nangkring diotak dan punggung menjadi agak tersingkirkan dengan keindahan alunan rintik hujan (ceile). Untuk itu saya sampaikan, saya suka hujan, dengan segala macam pernak-perniknya.
Dan tentang akhwat, ada kesamaan antara hujan dan akhwat. suatu ketika hujan bisa turun rintik-rintik, agak lebat bahkan bisa lebat luar biasa. bisa sepintas lalu, sebentar, agak lama, dan lama banget. Tapi pelangi muncul setelah hujan. begitulah akhwat, lembut, tegas bahkan galak (hehe) bisa tiba-tiba begitu sensitif. Tapi disitulah indahnya jadi akhwat. terdapat pelangi dibalik lebatnya hujan dan dahsyatnya petir.
Tentang Akhwat dan hujan, ingin saya angkat sejak lama kisah ini, menunjukkan seberapa kuat idealisme sang pelangi. mengutip kisahku dihari minggu yang lalu. ketika beraktifitas ditemani dengan guyuran hujan. akhwat sejati biasanya kita lihat selalu ditemani dengan kaos kaki yang menutupi kakinya. berbagai model diluncurkan untuk menciptakan kenyamanan bagi yang memakai, dalam hal ini akhwat tentunya. dari yang model biasa, model jempol, kaos kaki wudhu, sampai berbagai pilihan warna. semuanya untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kesyiar'ian. ketika musim hujan tiba, idealisme pun diuji, akankah tegar menggunakan kaos kaki saat bepergian dengan resiko kaki basah dan tidak nyaman karena dibungkus dengan kaos kaki yang basah karena guyuran hujan atau genangan air. kalau stok kaos kaki lagi banyak, bisa membawa cadangan kaos kaki beberapa biji. tapi kalau kaos kaki masih tergantung dijemuran belakang rumah karena matahari tak kunjung mengeringkannya apa jadinya?! mau beli? kantong tipis, maklum aktipis yang lagi nahan pipis. alhasil, kejadian seperti yang saya alami hari minggu lalu pun sering terjadi. keluar rumah dengan kaos kaki kering, sampai dilokasi diskusi mingguan basah, dijemur, lalu agak kering, di pake lagi untuk menuju tempat pembantaian tugas akhir, basah lagi, karena masuk ruang berAC akhirnya agak kering lagi, tapi perjalanan masih harus dilanjutkan menuju tempat yang membahas nasib adik-adik SMA, eh basah lagi, duduk sebentar jadinya agak kering lagi, pulangnya dianter teman sampai simpang, menuju rumah jalan kaki dan akhirnya basah lagi. oh malangnya kakiku. mengkerut, keriput, kayak kulit siput. sengsara? tidak. justru bangga. masih punya rasa malu jika harus buka kaos kaki ditempat umum. merana? tidak juga. Alhamdulillah masih selalu ingat pada batas-batasan aurat wanita. dan semoga akan selalu seperti itu.
inilah indahnya jadi akhwat, begitu banyak pernak-perniknya yang unik, nyentrik tapi asik. nikmat bisa dirasa jika kita benar-benar bisa memaknai apa yang kita lakukan. senikmat makan coklat sebungkus besar sendirian. nikmat tak terkira. tiap gigitannya benar-benar dirasakan dan dinikmati (jadi pingin coklat). dan sebaliknya jika tak mengerti maknanya. apa jadinya? tak dapat menikmatinya.
untuk para akhwat, jangan pernah mengeluh karena kaos kaki baru ganti harus rela kotor terkena becek. jangan pernah ngeluh karena cucian kaos kaki jadi semakin menumpuk. karena semua pengorbanan selalu ada nilai. setiap kesabaran selalu berbuah keindahan. bukankah harus menunggu hujan untuk melihat keindahan pelangi?
Wallahu'alam bishawab
Wallahu'alam bishawab