Contact Form

 

Paksakan Hingga TERBIASA


Oleh : Sartikha

Mengapa generasi kita sekarang penampilannya lebih condong ke arah Barat?
Begitu mudahnya mengikuti berita yang ada, tanpa menganalisis terlebih dulu setiap berita yang didengar. Segala berita yang ditangkap ditelan mentah-mentah sehingga opini yang keluar pun tidak jarang serupa dengan media.

Opini itu terbentuk dari informasi yang masuk ke otak kita. Opini tersebut menjadi wujud nyata dalam gaya hidup sehari hari. Pemuda yang suka film PERCINTAAN berbeda dengan pemuda yang suka film PERJUANGAN. Pemuda yang suka film PERCINTAAN cenderung lebih melankolis, romantis dan sok puitis. Sedangkan yang suka film PERJUANGAN cenderung mempunyai semangat BERKOBAR, lebih tegar dan suka bertengkar. Meski ada dua perbedaan yang positif maupun negatif, intinya dua tipe film ini telah mampu membentuk dua karakter pemuda. Lalu bagaimana jika pemuda kita lebih suka menonton ‘yang tak layak di tonton’? akan jadi apa pemuda Indonesia.

Tidak usah jauh-jauh, coba lihat tayangan Indonesia sekarang (salah satunya : Sinetron), kebanyakan mengarahkan pikiran bahwa berpakaian seksi itu sebuah model terbaik, bukan mengupas sisi buruk pakaian seksi itu. Sehingga berbondong-bondonglah pemuda Indonesia meniru gaya terPOPULER menurut artis sinetron itu.

Sadar atau tidak sebenarnya itu merupakan pemaksaan cara berpikir dengan memanfaatkan media yang ada. Sehingga tidak ada lagi bekas kebudayaan timur di tubuh pemuda/i timur itu sendiri. Menganggap biasa & menormalkan perbuatan maksiat menjadi akibat yang tak terelakan dari sebab yang tidak mungkin di hentikan ini. Coba perhatikan yang paling popular pelencengan pola pikir yang dianggap kalangan pemuda/i itu adalah hal yang biasa : Membela ariel mati-matian, sampai-sampao mem buat do’a bersama untuk ariel. MENCENGANGKAN bukan? Dahulu tindakan zina itu adalah hal yang terkotor & paling memalukan, tapi sekarang menjadi hal yang pantas untuk di bela.

Jika membahas tentang normalisasi maksiat ini, tidak akan ada habisnya. Sehingga yang lebih baik dilakukan adalah menemukan solusi. Jika memang normalisasi maksiat itu akibat PAKSAAN informasi yang masuk kedalam otak PEMUDA, maka dengan cara yang sama kita harus menormalisasi kebaikan. Tentunya ini juga PR untuk pemerintah, berhenti bicara perbaikan pemuda, lalu mengadakan seminar kepemudaan atau hal lain untuk memperbaiki moral pemuda. Jika ingin menuntaskan maka tuntaskan dari akarnya. Kata kuncinya perbaiki SUMBER UTAMA pembentuk utama pola pikir pemuda.

Untuk pemuda sendiri, ini jamannya bukan monoton. Melihat sesuatu dari satu sisi saja, lalu dengan cepatnya menjadikannya KIBLAT hidup. Jangan heran jika pemuda kita seperti INI jika yang dijadikan contoh saja seperti ITU. Perbanyaklah informasi dengan lebih sering menganalisis tiap berita, mencari tahu, membaca dan bertanya. Melihat sesuatu dari satu sudut pandang saja, menjadikan kita tidak mudah untuk di bodohi. Jadi mulailah melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, hingga mampu membedakan yang mana yang pantas & yang mana yang tidak pantas. terkadang sesuatu itu tidak seindah kelihatanya, dantidak jarang juga tidak seburuk kelihatannya. Paksakan Hingga TERBIASA. Tanamkan pada pikiran kita, menjadi baik MUDAH, meskipun SULIT tapi BISA! Keep Hamasah!
*Hanya orang yang HEBAT yang berani berkata MAMPU!

Total comment

Author

KAMMI_Batam

0   komentar

Cancel Reply